Sabtu, 01 Maret 2014

Soal emosi,

Ini soal emosi yang tidak terkontrol, 
iya nih, kenapa sekarang jadi gini, tiap ada anak yang nylekit dikit pasti tersulut emosiku, ini udah kesekian kalinya aku amatin, dan menurutku udah berbeda banget, gak..gak... ini bukan diriku, ini udah terlalu, dan aku sadar, aku tahu, ini ada yang salah, ada yang salah dengan diri ini, dan ini sungguh buatku gak nyaman, ini gak boleh lagi, aku tak harus seperti ini lagi.
aku gak mau seperti ini, aku gak mau, 
gak . . . ini gak boleh lagi.

Cukup, udah sampai disini, gak boleh kejadian lagi, :(
A-‘UDZU BILLAHI MINAS SYAITHANIR RAJIIM

p o t t e r s Updated at: 21:21
Posted by : Potter Moeza

Jumat, 28 Februari 2014

satu waktu, saat aku bersamamu

T e r I M a    K a s i h

terima kasih untuk satu waktu
untuk semua kisah yang tlah kita ungkap

dan segudang cerita yang kita bagi bersama
sampai senja benar-benar menghapus jingga dari langit-langitnya


apakah kita sedang melukis senja yang sama,
senja yang berpendar guratan merah jingga disetiap sudutnya
entah denganmu, memaknai seperti apa pertemuan ini
yang  aku tahu, aku tersenyum dan tertawa bersamamu

terima kasih untuk satu waktu
yang tlah kau ciptakan untukku



p o t t e r s Updated at: 23:31
Posted by : Potter Moeza

Rabu, 26 Februari 2014

Dongengmu sebelum tidur,

dongeng sebelum tidur,
ini sih judul lagu tahun 90'an itu kayaknya, dan gak tau kenapa tiba-tiba malem ini teringat judul lagu itu, padahal dari sejak kecil gak pernah yang namanya didongengin sebelum tidur, seperti layaknya kalau lihat di film-film barat itu.

kalau yang di judul lagu itu kata-katanya kayak gini :

Di malam ini aku tak dapat memejamkan mata,
Terasa berat bagai diri terikat mimpi, oh...

Kuingin satu, satu cerita, 
mengantarku tidur, biar 'ku terlelap
Mimpikan hal yang indah, lelah hati tertutupi

Dongeng sebelum tidur, 

ceritakan yang indah biar 'ku terlelap

Dongeng sebelum tidur, 
mimpikan diriku, mimpikan yang indah
 

Gelisah 'ku tak menentu, pikiran melayang

Di benakku hanyalah ada lelah yang terasa
Dongengmu sebelum tidur, ceritakan yang indah biar 'ku terlelap


gitu kira-kira lirk dari judulnya.

p o t t e r s Updated at: 20:26
Posted by : Potter Moeza

Selasa, 25 Februari 2014

surprise di pagi hari

Akhirnya terlaksana juga berangkat lebih pagi, tapi . . . .
betul-betul ekstra marathon dan malah gak sempat sarapan pagi, huuuuu . . . .
sebetulnya karena punya jadwal juga sih, jadi iku yang bikin kerasa wajib dan agak memaksa diri sendiri.

Effeknya : 
jam 10 an kelaparan, sehabis makan malah langsung lemas, ditambah ada jadwal lagi di kelas yang diisi oleh anak-anak yang supeeeerrrrrrnya luaaaaarrrrr biaaaaasaaaah, glekkk, tepaarr.

jam 1 siang udah kerasa keliyengan, niat hati pengen tetap berada disana, tapi nyatanya benar-benar gak isa konsen,  akhirnya lebih memilih pulang.
maaf jika aku harus pulang duluan, 
kuharap bisa dimengerti,,,
soalnya ada yang masih disitu, *)tanya : kok belum pulang ? :)

TANDA BEL BELOM DISOSIALISASIKAN,
lagi-lagi dapat sindiran, depan khalayak pulak, cukup keras (*iyalah,orang pake pengeras suara), soal tanda bel dan kepanitiaan yang kemarin aku bicarakan, seettdah bisa pingsan kalo dimasukin ke ati, aku anggep iku  masukan yang bener kok, aku gak akan capek-capek menguras pikiran dan tenaga hanya untuk iku kok, :p

tadi sebenarnya ketika masih nyari file dan mau aku cetak tanda bel udah keduluan ma bapak yang satu itu, yang keburu bicara didepan khalayak, jadi ya sutralah . . . 
baru kutempel pas mau masuk ruangan.

Jadi kuanggap beliau adalah warning walker yang mengingatkan kita ketika ada yang kurang ataupun ada yang salah, cuman karena sifat, hal itu terlontar bukan dengan cara yang bijak, satu-satunya orang yang bisa mengingatkan kita adalah bapak yang satu itu tadi, dan itu memang diperlukan kok, walau kadang cukup membuat 'kejutan sesaat'.

p o t t e r s Updated at: 18:18
Posted by : Potter Moeza

Senin, 24 Februari 2014

Under -panitia-

Ini kejadian hari ini, kadang aku kurang begitu mengerti tentang "kepanitiaan" yang dimaksud disini, aku lebih mengerti tentang "kepanitiaan" ketika dulu jaman kuliah, atau ketika aku dan kawan-kawan kontrakan ikut membantu warga di sekitar tempat kontrakan yang saat itu kedapetan hajat besar, di 2 (dua) tempat yang terakhir tadi aku sebutkan aku mengerti dan tahu makna sebenarnya dari "kepanitiaan", sama-sama kecil, hanya beberapa orang yang tergabung, tapi semangat kerja, militansinya betul-betul membuatku terkesan, sampai-sampai ketika bertahun-tahun telah terlewati, kegiatannya membuatku tak bisa melupakannya.

gambar dari sini (http://banitoyyibmanyaran.blogspot.com/2011/08/susunan-panitia-2011.html)
Okey, aku ceritakan dulu kedua-duanya berkaitan dengan "kepanitiaan" disitu yang membuatku begitu berkesan.

1. Jaman Kuliah :
Ini tentunya jaman yang paling indah buatku bisa bergabung dengan mereka dalam salah satu UKM, disitu bertemu dengan kawan-kawan yang punya semangat membangun bersama-sama, menghabiskan hari-hari dengan 1 kegiatan kecil, anggotanya gak terlalu banyak, tapi semangatnya, militansinya, dan yang jelas rasa capek yang digotong bersama-sama ini yang gak bisa hilang sampai sekarang, soal acara, kehadiran mereka gak perlu ditanyakan, ini kenapa aku bilang "kepanitiaan" disitu begitu sangat berkesan, bahkan saat aku menulis inipun aku merasakan kerinduan akan mereka, dan 1 orang diantara mereka, anggota yang saat itu paling muda pada malam tahun baru kemarin baru menghadap sang pencipta, semoga kau tenang disana Yog,,,

2. Warga sekitar kontrakan :
Pernah ada 1 kegiatan besar yang digelar 4 tahunan sekali, beruntung bagi kami saat itu ada disana, kami dilibatkan untuk mensukseskan kegiatan tersebut dari mulai awal, membuat proposal, mendesain logo, sampai hal sekecil-kecilnya, kalau aku lihat mungkin karena peranan bapak Ketua RT dan warga disamping kontrakan yang tak segan-segan untuk duduk dan mengobrol dengan kami, sekedar menikmati kopi dan rokok bersama, beliau dan para warga tentunya, tidak memandang kami sebagai pendatang, tidak memandang kami sebagai orang baru dilingkungan mereka, tetapi menjadikan kami sebagai bagian dari mereka, dan itu yang membuat kami (aku dan kawan2 kontrakkan) tambah bersemangat, itu yang aku rasakan, 

Aku lihat mereka juga gak membedakan usia, mau tua, mau muda, mau sudah menikah, mau sudah punya anak, mau jomblo, mau sudah punya pacar, mau senior, mau yunior, gak ada pembedaan-pembedaan itu dalam menyelesaikan kerjaan-kerjaan, menjelang hari H adalah yang paling melelahkan, kita pinjam sound system yang besar-besar seperti yang biasa digunakan ketika konser-konser musik dan kita angkat semua peralatan-peralatan itu sendiri, dan lagi-lagi kita bekerja bareng-bareng, tua muda campur disitu, sampai malem hari H kita tidur di depan panggung, kita ngobrol-ngobrol bareng itu juga semua ikut turun tangan, dan ini yang sangat membuat berkesan akan acara itu.

di 2 (dua) tempat tersebut tadi aku merasakan makna "kepanitiaan" yang sangat berkesan, yang membuat kenangan itu tidak luntur oleh waktu, walaupun kegiatan itu sudah lama selesai, sudah bertahun-tahun yang lalu aku tinggalkan.

Dan disini, "kepanitiaan" mempunyai arti yang lain, mempunyai arti yang berbeda dengan 2 contoh yang saya sebutkan diatas, entah mengapa terjadi seperti itu, padahal setiap kegiatan itu selalu dibuatkan "Surat Sakti" tapi dalam pelaksanaannya surat sakti tersebut tak bermakna apa-apa.

Dua (2) tahun yang lalu ada kegiatan besar, melibatkan semua, baik yang dari sini sendiri ataupun para alumninya, disini, kegiatan ini merupakan kegiatan besar yang pertama bagiku, tapi yang kuingat hanyalah malam menjelang hari H bersama para alumninya, bukan dengan orang-orangnya yang disini, malam itu dari mulai sore sampai malam aku dan para alumni tersebut mempersiapkan semuanya, selesai mereka memberikan pelatihan langsung dilanjutkan dengan packing, tapi kemana orang-orang yang dari sini pergi, mereka yang dari sini justru tidak tampak sama sekali, dalam hati aku menggerutu, kadang yang menjadi subyek targetnya (*kalau tak mau disebut sebagai 'korban') adalah mereka yang muda, mereka yang belum punya buah hati, uppssss akulah yang kena, bahkan ada salah satu alumni itupun mengatakan hal yang sama di malam hari H itu, kemudian dipertegas lagi pada saat selesai acara, "mangkanya pak, buruanlah menikah dan punya anak, maka kau tak perlu seperti ini" kata dia dengan bercanda, dan akupun menanggapinya dengan tertawa bersama. 

Malam itu aku menghabiskan waktu bersama mereka disaat yang lain bercengkerama dengan keluarga kecil mereka, aku bersama para alumni yang kebanyakan belum aku kenal ini, dan kuanggap mereka keluarga baruku, cara bekerja mereka mengingatkan kawan-kawan waktu di tempat kuliahku dulu, kegiatan yang hampir sama, tapi dengan moment dan orang-orang yang berbeda, dan tentunya dalam situasi dan tempat yang berbeda, dan dejavu seakan menyapaku malam itu, euforia euforia sesaat seakan meletup-letup dalam pikiranku. 

Ketika kegiatan selesai ada 1 peristiwa lagi yang membuatku bertanya tentang arti "kepanitiaan" disini, ketika kembali dari kegiatan, hal yang sama aku alami kembali sama seperti di malam hari "H", hanya aku dan para alumni yang masih standby, kami kebingungan karena ada 1 peserta yang tidak sadarkan diri, tak tahu harus menghubungi siapa, seakan orang-orang disini satu per satu sudah meninggalkan kami, tinggal kami-kami ini yang ada, kami yang masih muda, kami yang belum menikah, kami yang belum mempunyai buah hati, "mangkanya pak, buruanlah menikah dan punya anak, maka kau tak perlu seperti ini" ungkapan ini kembali terlontar dari mulut alumni yang waktu itu bersamaku, aku tersenyum kecut, sekecut keadaan kami yang penuh keringat dan belum mandi. 

Ini bukan kepanitiaan yang sebenarnya, dari awal aku bisa saja meninggalkan mereka dan kuserahkan semua kepada para alumni, toh aku bukanlah ketua panitianya, aku juga bukan penanggung jawabnya, tapi yang kita bawa adalah sebuah bendera almamater yang harusnya kita kibarkan bersama-sama, nyaliku menciut saat itu, walaupun kesal,aku urungkan niatku untuk meninggalkannya.
Banyak kegiatan dengan label "kepanitiaan" yang berjalan, namun lagi-lagi seakan semua menghilang, dengan alasan yang yang sama, yang muda, yang belum menikah, yang belum punya buah hati yang mengemuka.

Dan ini kejadian baru tadi pagi aku alami,
entah kenapa sudah dua (2) semester ini aku tidak bisa berangkat pagi lagi seperti dulu, hampir selalu diatas jam rata-rata* (*kalau gak mau dibilang selalu terlambat), termasuk hari ini, di tambah dengan kondisi yang sejak pagi hujan seakan membuatku semakin beralasan untuk datang diatas jam rata-rata*.

Aku letakkan tas dan jaket yang aku kenakan, dingin dan betul-betul kedinginan karena kondisi habis hujan-hujanan, aku duduk di meja tempat kerjaku, ada beberapa yang lain juga dilokasi yang sama, mereka memang datang terlebih dahulu, kecuali aku tentunya, tiba-tiba kami semua yang berada di situ dikagetkan oleh suara orang yang menggedor-nggedor pintu loket kaca.

Astaghfirullahaladziem ..... beliau meminta lap dengan suara yang agak meninggi, dalam hatiku "aahh, kena ni aku, gara-gara aku juga sih, slalu datang diatas jam rata-rata*"
kemudian sekali itu dia berkata dengan nada yang masih meninggi, 
"kalau panitia telat, yang lain yang sudah standby dong mengkondisikan"

ketika aku di ruang tamu, ku tanyakan pada si Son, "beliau datang duluankah ?"
"Tadinya saya datang duluan, tapi saya pulang dulu ambil payung, kemudian mungkin beliau datang pas mungkin saya sedang pulang" jawabnya
"owh" jawabku

ketika diruang tamu, beliaupun lewat kemudian berkata lagi :
"apakah tanda bel sudah disosialisasikan ?" pertanyaan beliau ditujukan kepadaku
"belum pak" jawabku (jadi merasa seperti terdakwa karena datang terlambat)
"owh, belum ya" jawab beliau, yang bagiku seperti menusukkan pisau tepat dijantungku, *matiiihhhh

kemudian untuk ketiga kalinya :
"Di bel dooongg, sosiialisasikan tanda bel, bel masuk berapa kali, ini kan seperti ujian" jelas ini ditujukan kepadaku,
jantungku tertusuk untuk kedua kali, *matiiih untuk kedua kalinya

"Sebenarnya ketika try out pertama kemarin juga tidak ada bel" aku menjawab lirih entah ada yang mendengarkan atau tidak, betul tanda bel belum aku buatkan, karena aku lupa bahwa itu seakan ujian yang sedang diterapkan, dan aku benar-benar lupa.

itu peristiwa tadi pagi yang aku alami, sebenarnya yang menjadi pertanyaan diotakku adalah seperti apakah "kepanitiaan" yang selalu beliau tekankan itu ?

Beberapa hari sebelumnya, ini yang aku lakukan :

1. Aku buat surat sakti "kepanitiaan", tanda ruang, peserta, segala macamnya, (*kecuali tanda bel tadi yang karena ketidaktahuan). Aku buat sendiri, cetak, dan aku fotokopi sendiri, jum'at siang sehabis jum'atan aku potong-potong sendiri, aku tempelin di mading kaca sendiri, tempelin tanda ruangan sendiri, sampai sore.
aku tidak bermasalah dengan ini, toh hampir di setiap hari Jum'at aku masih standby disini dan baru pulang sorenya.

2. Hari Sabtu, aku ambil soal, ambil sendiri diantara hujan dan kemacetan panjang yang terjadi hari itu,
hari itu aku sudah terlalu letih, bahkan ketika si Son bertanya nomor mau dipasang kapan, aku hanya menjawab lirih "besok saja Son"
(*sang koordinator menghilang dengan alasan akan berangkat keluar kota hari jum'at, bahkan beliau pamit pulang duluan, dan aku kemudian yang mendapat mandat jatah mengambil soal)

3. Hari minggu, aku dan si Son yang menata meja dan memasang nomor, menyiapkan soal di stopmap di sela-sela mau berangkat jalan sehat hari itu, yah hari minggu ini ada kegiatan dari Lembaga untuk jalan sehat bersama, jam 06.00 pagi, walaupun kondisi hujan deras pagi itu, disela-sela itulah aku dan si Son menata semuanya.

4. Hari ini aku datang diatas jam rata-rata* (*terlambat).

Nah, dari uraian itu, kemanakah "kepanitiaan" yang beliau tekan-tekankan itu, kemanakah yang lain,
Dari sejak 2 tahun yang lalu pertanyaan yang sama sudah aku utarakan.

AKU TIDAK PERNAH MENGERTI TENTANG KEPANITIAAN YANG ADA DISINI
AKU TIDAK TAHU BENDERA MANA YANG KITA KIBARKAN
AKU TIDAK INGIN APA-APA
HANYA SAJA AKU INGIN TAHU DIMANAKAH "kita" ?

Hari ini ditambah lagi aku dimarahin orang dinas, gara-gara ada kesalahan data peserta, tadi siang sepulangnya, aku ma si Son kesana, buat revisi, ketemu orang dinas gak tahunya sampai kesana dapat yang gak enaknya, "kamu pikir kita revisi dari sini mas, kita ke Semarang, kalau dari sini enak"
"ini ditinggal, taruh dimeja disitu"
aku diem, mikir, sejak kapan mulai ke Semarang, ini data belum tetap, kenapa harus ke Semarang, aku pikir ini permainan yang aneh, Birokrasi berbelitkah, Njiiirrrrr .....
itu batin saya aja sih,
Padahal di cetakan ke-2 aku sudah meminta 2 orang untuk mengecek data tersebut, disamping aku mengeceknya sendiri, aku minta si Son dan wali kelas waktu itu, untuk ikut mengkoreksi sama-sama.

Pada cetakan final, cetakan ke-3 baru ditemukan, ketika penanggung jawab ikut mengecek juga, *Blaaaiikkkk dalam hatiku, waktu tahu ada kesalahan, karena untuk online memang fasilitasnya sudah dimatikan, untuk revisi hanya bisa lewat Lembaga yang satu itu.

Aku langsung buat surat permohonan, berkas yang salah juga aku siapkan, ditandatangani penanggung jawab dan jam 1 langsung aku kirim sama si Son, dan hal diatas yang aku dapatkan ketika menyerahkan data revisi itu. Tadinya aku pikir karena tidak ada revisi dan karena ada 2 kawan yang ikut mengecek data, aku tak terlalu khawatir, ternyata memang harus melibatkan semua personel biar data lebih valid.
Dan yang lebih penting lagi Penanggung jawab juga perlu untuk crosscek data.
Itu pelajaran buat kita hari ini kawan . . .

Tetapi yang namanya salah, ya tetaplah salah, dan  kita akan berdiri di kotak dan label yang sama. (ini point yang aku dapat hari ini)

Ayolah jangan saling memaki, jangan saling membicarakan, jangan berpikir negatif dululah, aku hanya menginginkan kita bergandengan tangan dalam soal kegiatan, kita kibarkan sama-sama bendera kita, aku tak bisa menyumbang banyak disini, hanya militansi yang bisa kupersembahkan, itupun dengan bendera "KITA"

gambar diambil dari sini : (http://setapakkecil.blogspot.com/2013/08/terus-kibarkan-sang-merah-putih.html)

p o t t e r s Updated at: 21:19
Posted by : Potter Moeza
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop