Ini kejadian hari ini, kadang aku kurang begitu mengerti tentang "kepanitiaan" yang dimaksud disini, aku lebih mengerti tentang "kepanitiaan" ketika dulu jaman kuliah, atau ketika aku dan kawan-kawan kontrakan ikut membantu warga di sekitar tempat kontrakan yang saat itu kedapetan hajat besar, di 2 (dua) tempat yang terakhir tadi aku sebutkan aku mengerti dan tahu makna sebenarnya dari "kepanitiaan", sama-sama kecil, hanya beberapa orang yang tergabung, tapi semangat kerja, militansinya betul-betul membuatku terkesan, sampai-sampai ketika bertahun-tahun telah terlewati, kegiatannya membuatku tak bisa melupakannya.
|
gambar dari sini (http://banitoyyibmanyaran.blogspot.com/2011/08/susunan-panitia-2011.html) |
Okey, aku ceritakan dulu kedua-duanya berkaitan dengan "kepanitiaan" disitu yang membuatku begitu berkesan.
1. Jaman Kuliah :
Ini tentunya jaman yang paling indah buatku bisa bergabung dengan mereka dalam salah satu UKM, disitu bertemu dengan kawan-kawan yang punya semangat membangun bersama-sama, menghabiskan hari-hari dengan 1 kegiatan kecil, anggotanya gak terlalu banyak, tapi semangatnya, militansinya, dan yang jelas rasa capek yang digotong bersama-sama ini yang gak bisa hilang sampai sekarang, soal acara, kehadiran mereka gak perlu ditanyakan, ini kenapa aku bilang "kepanitiaan" disitu begitu sangat berkesan, bahkan saat aku menulis inipun aku merasakan kerinduan akan mereka, dan 1 orang diantara mereka, anggota yang saat itu paling muda pada malam tahun baru kemarin baru menghadap sang pencipta, semoga kau tenang disana Yog,,,
2. Warga sekitar kontrakan :
Pernah ada 1 kegiatan besar yang digelar 4 tahunan sekali, beruntung bagi kami saat itu ada disana, kami dilibatkan untuk mensukseskan kegiatan tersebut dari mulai awal, membuat proposal, mendesain logo, sampai hal sekecil-kecilnya, kalau aku lihat mungkin karena peranan bapak Ketua RT dan warga disamping kontrakan yang tak segan-segan untuk duduk dan mengobrol dengan kami, sekedar menikmati kopi dan rokok bersama, beliau dan para warga tentunya, tidak memandang kami sebagai pendatang, tidak memandang kami sebagai orang baru dilingkungan mereka, tetapi menjadikan kami sebagai bagian dari mereka, dan itu yang membuat kami (aku dan kawan2 kontrakkan) tambah bersemangat, itu yang aku rasakan,
Aku lihat mereka juga gak membedakan usia, mau tua, mau muda, mau sudah menikah, mau sudah punya anak, mau jomblo, mau sudah punya pacar, mau senior, mau yunior, gak ada pembedaan-pembedaan itu dalam menyelesaikan kerjaan-kerjaan, menjelang hari H adalah yang paling melelahkan, kita pinjam sound system yang besar-besar seperti yang biasa digunakan ketika konser-konser musik dan kita angkat semua peralatan-peralatan itu sendiri, dan lagi-lagi kita bekerja bareng-bareng, tua muda campur disitu, sampai malem hari H kita tidur di depan panggung, kita ngobrol-ngobrol bareng itu juga semua ikut turun tangan, dan ini yang sangat membuat berkesan akan acara itu.
di 2 (dua) tempat tersebut tadi aku merasakan makna "kepanitiaan" yang sangat berkesan, yang membuat kenangan itu tidak luntur oleh waktu, walaupun kegiatan itu sudah lama selesai, sudah bertahun-tahun yang lalu aku tinggalkan.
Dan disini, "kepanitiaan" mempunyai arti yang lain, mempunyai arti yang berbeda dengan 2 contoh yang saya sebutkan diatas, entah mengapa terjadi seperti itu, padahal setiap kegiatan itu selalu dibuatkan "Surat Sakti" tapi dalam pelaksanaannya surat sakti tersebut tak bermakna apa-apa.
Dua (2) tahun yang lalu ada kegiatan besar, melibatkan semua, baik yang dari sini sendiri ataupun para alumninya, disini, kegiatan ini merupakan kegiatan besar yang pertama bagiku, tapi yang kuingat hanyalah malam menjelang hari H bersama para alumninya, bukan dengan orang-orangnya yang disini, malam itu dari mulai sore sampai malam aku dan para alumni tersebut mempersiapkan semuanya, selesai mereka memberikan pelatihan langsung dilanjutkan dengan packing, tapi kemana orang-orang yang dari sini pergi, mereka yang dari sini justru tidak tampak sama sekali, dalam hati aku menggerutu, kadang yang menjadi subyek targetnya (*kalau tak mau disebut sebagai 'korban') adalah mereka yang muda, mereka yang belum punya buah hati, uppssss akulah yang kena, bahkan ada salah satu alumni itupun mengatakan hal yang sama di malam hari H itu, kemudian dipertegas lagi pada saat selesai acara, "mangkanya pak, buruanlah menikah dan punya anak, maka kau tak perlu seperti ini" kata dia dengan bercanda, dan akupun menanggapinya dengan tertawa bersama.
Malam itu aku menghabiskan waktu bersama mereka disaat yang lain bercengkerama dengan keluarga kecil mereka, aku bersama para alumni yang kebanyakan belum aku kenal ini, dan kuanggap mereka keluarga baruku, cara bekerja mereka mengingatkan kawan-kawan waktu di tempat kuliahku dulu, kegiatan yang hampir sama, tapi dengan moment dan orang-orang yang berbeda, dan tentunya dalam situasi dan tempat yang berbeda, dan dejavu seakan menyapaku malam itu, euforia euforia sesaat seakan meletup-letup dalam pikiranku.
Ketika kegiatan selesai ada 1 peristiwa lagi yang membuatku bertanya tentang arti "kepanitiaan" disini, ketika kembali dari kegiatan, hal yang sama aku alami kembali sama seperti di malam hari "H", hanya aku dan para alumni yang masih standby, kami kebingungan karena ada 1 peserta yang tidak sadarkan diri, tak tahu harus menghubungi siapa, seakan orang-orang disini satu per satu sudah meninggalkan kami, tinggal kami-kami ini yang ada, kami yang masih muda, kami yang belum menikah, kami yang belum mempunyai buah hati, "mangkanya pak, buruanlah menikah dan punya anak, maka kau tak perlu seperti ini" ungkapan ini kembali terlontar dari mulut alumni yang waktu itu bersamaku, aku tersenyum kecut, sekecut keadaan kami yang penuh keringat dan belum mandi.
Ini bukan kepanitiaan yang sebenarnya, dari awal aku bisa saja meninggalkan mereka dan kuserahkan semua kepada para alumni, toh aku bukanlah ketua panitianya, aku juga bukan penanggung jawabnya, tapi yang kita bawa adalah sebuah bendera almamater yang harusnya kita kibarkan bersama-sama, nyaliku menciut saat itu, walaupun kesal,aku urungkan niatku untuk meninggalkannya.
Banyak kegiatan dengan label "kepanitiaan" yang berjalan, namun lagi-lagi seakan semua menghilang, dengan alasan yang yang sama, yang muda, yang belum menikah, yang belum punya buah hati yang mengemuka.
Dan ini kejadian baru tadi pagi aku alami,
entah kenapa sudah dua (2) semester ini aku tidak bisa berangkat pagi lagi seperti dulu, hampir selalu diatas jam rata-rata* (*kalau gak mau dibilang selalu terlambat), termasuk hari ini, di tambah dengan kondisi yang sejak pagi hujan seakan membuatku semakin beralasan untuk datang diatas jam rata-rata*.
Aku letakkan tas dan jaket yang aku kenakan, dingin dan betul-betul kedinginan karena kondisi habis hujan-hujanan, aku duduk di meja tempat kerjaku, ada beberapa yang lain juga dilokasi yang sama, mereka memang datang terlebih dahulu, kecuali aku tentunya, tiba-tiba kami semua yang berada di situ dikagetkan oleh suara orang yang menggedor-nggedor pintu loket kaca.
Astaghfirullahaladziem ..... beliau meminta lap dengan suara yang agak meninggi, dalam hatiku "aahh, kena ni aku, gara-gara aku juga sih, slalu datang diatas jam rata-rata*"
kemudian sekali itu dia berkata dengan nada yang masih meninggi,
"kalau panitia telat, yang lain yang sudah standby dong mengkondisikan"
ketika aku di ruang tamu, ku tanyakan pada si Son, "beliau datang duluankah ?"
"Tadinya saya datang duluan, tapi saya pulang dulu ambil payung, kemudian mungkin beliau datang pas mungkin saya sedang pulang" jawabnya
"owh" jawabku
ketika diruang tamu, beliaupun lewat kemudian berkata lagi :
"apakah tanda bel sudah disosialisasikan ?" pertanyaan beliau ditujukan kepadaku
"belum pak" jawabku (jadi merasa seperti terdakwa karena datang terlambat)
"owh, belum ya" jawab beliau, yang bagiku seperti menusukkan pisau tepat dijantungku, *matiiihhhh
kemudian untuk ketiga kalinya :
"Di bel dooongg, sosiialisasikan tanda bel, bel masuk berapa kali, ini kan seperti ujian" jelas ini ditujukan kepadaku,
jantungku tertusuk untuk kedua kali, *matiiih untuk kedua kalinya
"Sebenarnya ketika try out pertama kemarin juga tidak ada bel" aku menjawab lirih entah ada yang mendengarkan atau tidak, betul tanda bel belum aku buatkan, karena aku lupa bahwa itu seakan ujian yang sedang diterapkan, dan aku benar-benar lupa.
itu peristiwa tadi pagi yang aku alami, sebenarnya yang menjadi pertanyaan diotakku adalah seperti apakah "kepanitiaan" yang selalu beliau tekankan itu ?
Beberapa hari sebelumnya, ini yang aku lakukan :
1. Aku buat surat sakti "kepanitiaan", tanda ruang, peserta, segala macamnya, (*kecuali tanda bel tadi yang karena ketidaktahuan). Aku buat sendiri, cetak, dan aku fotokopi sendiri, jum'at siang sehabis jum'atan aku potong-potong sendiri, aku tempelin di mading kaca sendiri, tempelin tanda ruangan sendiri, sampai sore.
aku tidak bermasalah dengan ini, toh hampir di setiap hari Jum'at aku masih standby disini dan baru pulang sorenya.
2. Hari Sabtu, aku ambil soal, ambil sendiri diantara hujan dan kemacetan panjang yang terjadi hari itu,
hari itu aku sudah terlalu letih, bahkan ketika si Son bertanya nomor mau dipasang kapan, aku hanya menjawab lirih "besok saja Son"
(*sang koordinator menghilang dengan alasan akan berangkat keluar kota
hari jum'at, bahkan beliau pamit pulang duluan, dan aku kemudian
yang mendapat mandat jatah mengambil soal)
3. Hari minggu, aku dan si Son yang menata meja dan memasang nomor, menyiapkan soal di stopmap di sela-sela mau berangkat jalan sehat hari itu, yah hari minggu ini ada kegiatan dari Lembaga untuk jalan sehat bersama, jam 06.00 pagi, walaupun kondisi hujan deras pagi itu, disela-sela itulah aku dan si Son menata semuanya.
4. Hari ini aku datang diatas jam rata-rata* (*terlambat).
Nah, dari uraian itu, kemanakah "kepanitiaan" yang beliau tekan-tekankan itu, kemanakah yang lain,
Dari sejak 2 tahun yang lalu pertanyaan yang sama sudah aku utarakan.
AKU TIDAK PERNAH MENGERTI TENTANG KEPANITIAAN YANG ADA DISINI
AKU TIDAK TAHU BENDERA MANA YANG KITA KIBARKAN
AKU TIDAK INGIN APA-APA
HANYA SAJA AKU INGIN TAHU DIMANAKAH "kita" ?
Hari ini ditambah lagi aku dimarahin orang dinas, gara-gara ada kesalahan data peserta, tadi siang sepulangnya, aku ma si Son kesana, buat revisi, ketemu orang dinas gak tahunya sampai kesana dapat yang gak enaknya, "kamu pikir kita revisi dari sini mas, kita ke Semarang, kalau dari sini enak"
"ini ditinggal, taruh dimeja disitu"
aku diem, mikir, sejak kapan mulai ke Semarang, ini data belum tetap, kenapa harus ke Semarang, aku pikir ini permainan yang aneh, Birokrasi berbelitkah, Njiiirrrrr .....
itu batin saya aja sih,
Padahal di cetakan ke-2 aku sudah meminta 2 orang untuk mengecek data tersebut, disamping aku mengeceknya sendiri, aku minta si Son dan wali kelas waktu itu, untuk ikut mengkoreksi sama-sama.
Pada cetakan final, cetakan ke-3 baru ditemukan, ketika penanggung jawab ikut mengecek juga, *Blaaaiikkkk dalam hatiku, waktu tahu ada kesalahan, karena untuk online memang fasilitasnya sudah dimatikan, untuk revisi hanya bisa lewat Lembaga yang satu itu.
Aku langsung buat surat permohonan, berkas yang salah juga aku siapkan, ditandatangani penanggung jawab dan jam 1 langsung aku kirim sama si Son, dan hal diatas yang aku dapatkan ketika menyerahkan data revisi itu. Tadinya aku pikir karena tidak ada revisi dan karena ada 2 kawan yang ikut mengecek data, aku tak terlalu khawatir, ternyata memang harus melibatkan semua personel biar data lebih valid.
Dan yang lebih penting lagi Penanggung jawab juga perlu untuk crosscek data.
Itu pelajaran buat kita hari ini kawan . . .
Tetapi yang namanya salah, ya tetaplah salah, dan kita akan berdiri di kotak dan label yang sama. (ini point yang aku dapat hari ini)
Ayolah jangan saling memaki, jangan saling membicarakan, jangan berpikir negatif dululah, aku hanya menginginkan kita bergandengan tangan dalam soal kegiatan, kita kibarkan sama-sama bendera kita, aku tak bisa menyumbang banyak disini, hanya militansi yang bisa kupersembahkan, itupun dengan bendera "KITA"
|
gambar diambil dari sini : (http://setapakkecil.blogspot.com/2013/08/terus-kibarkan-sang-merah-putih.html)
|