Sabtu, 29 Agustus 2009

" D "

Aku tak akan menyebut nama, tapi D selalu menjadi awal sebuah nama,
D kata awal yang pertama kali terucap ketika aku pertama kali melihat dunia dan keindahannya, D lah yang pertama kali mengenalkanku tentang dalamnya sebuah perasaan, D juga yang pertama kali mengenalkanku tentang kecewa dan segala pahitnya rasa,dan ketika D kemudian mulai menghilang, aku pun tak pernah lagi melihatnya, bayangan dan kenangan yang ada padanya pun seakan ikut sirna dari kehidupanku.

Aku pun melanjutkan kembali kehidupanku, tanpa D,lingkungan baru membentukku, dan aku mulai menyukainya,berjalan dengan mereka, mencoba tetap ada, menatap langkah bersama mereka, sampai suatu saat aku dan mereka harus keluar dari habitat yang telah kami jalani selama ini,saat itulah aku bertemu dengan D yang lain, D yang berbeda, malam itu perjumpaan awal aku dengannya, dia dengan kawan-kawanya dan aku dengan kawan-kawanku sendiri, aku menatap langit malam itu, ada bulan dan bayangan sinarnya yang terpancar begitu cerah, bulan menatapku seakan tahu apa yang sedang bergejolak dalam pikiran dan anganku, seakan setiap langkah dan gerak-gerikku tak pernah lepas dari tatapan sang bulan, aku pun merasa tak nyaman,ku urungkan niatku tuk menjamah D, hanya dari balik bayangannya aku bisa menatapnya.

Malam itu aku tak berani menyapa D,dan kemudian waktu terus berputar, setiap kali aku berkunjung dan bertegur sapa di perjumpaan rutin, D selalu muncul, aku mulai menyapanya, hanya menyapa, tapi apa yang ada dalam hati dan pikiranku tentang D dan perjumpaan pertama kali di malam itu tak berani aku ungkapkan, aku terlalu takut, kenagan pada D yang dulu yang memaksaku memendam segala rasa yang ada saat itu, sampai suatu saat ketika aku harus meninggalkan kota itu, aku menganggap D hanya sebagai kawan, aku memunafikkan rasa yang ada, alhasil D kembali menghilang...

Waktu terus berjalan, aku berjalan dengan sepi yang menyapa rasa, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan ketika tahun berganti tahun pun aku masih berjalan dengan kesendirianku, hanya kawan-kawan yang masih setia menemani, bersama kita tertawa dan berbagi, membuatku melupakan semua, bahwa sesunguhnya aku membutuhkan rasa untuk menhiburku, kebersamaan waktu itu lah yang menggantikan semuanya.

Sampai suatu saat, aku benar-benar merasakannya kembali ketika aku harus berpisah dengan mereka, kawan-kawan yang setia menemaniku waktu itu, tapi itu semuanya tak ada gunanya, aku masih saja menjalani kehidupanku sendiri, aku tak berani mencari sesuatu yang baru lagi, rasa yang menjalar aku tepiskan.

Di saat aku benar-benar menikmati kesemuanya itu, aku mendapati D yang lain, aku tak percaya kenapa semua kisah yang ada selalu di awali dengan huruf D, D datang tanpa aku duga, tapi sekali lagi aku masih merasakan ketakutan yang sama, kejadian yang dulu seakan menghambat langkahku untuk mengenal setiap D yang aku kenal, aku tak tahu apakah aku berani menghapus luka lama itu, untuk kemudian mencoba mengenal D yang kali ini.

Aku benar-benar tak percaya, mengapa kisahku selalu diawali dengan huruf D
D kata awal yang memulai semuanya, mungkin D pula yang akan mengakhiri semua perjalanan ini, berharap, mimpi semua bisa menjadi senjata untuk melangkah...

Hanya di balik senja aku ungkapkan semua rasa yang ada pada diriku,
cahaya senja dan warna jingganya seakan membuatku untuk tak pernah jenuh bercerita.

Di balik senja aku berani menatapnya
Di balik senja aku ungkapkan sejuta rasa
Di balik senja seutas harapan dan semangat Menyapaku tuk lalui hari-hari itu

p o t t e r s Updated at: 18:31
Posted by : Potter Moeza

Rabu, 26 Agustus 2009

Satu Sisi, 26/08/09

Sepi aku sendiri terjebak direntan hari
Takut menghalangi batasi gerak diri
Akal sehatku mati agungkan yang tak pasti
Mautpun membayangi tak sanggup kusembunyi

Satu sisi telah terhapus sisakan perih
Satu sisi telah terlahir memecah sunyi

Asa yang menari menggeliat dibenakku
Samar nurpun melambai
Memanggilku 'tuk kembali

Satu sisi telah terhapus sisakan perih
Satu sisi telah terlahir memecah sunyi

Satu sisi melimpah berkah memeluk lelahku
Satu sisi takkan kulepas temani hariku

Satu sisi telah terhapus
Sisakan perih yang dalam
Satu sisi telah terlahir
Pecahkan sunyi yang panjang

Lagi pingin bernostalgila nich entah karena bosan denger lagu-lagu yag ada atau entah karena gimana, yang jelas begitu denger lagu ini, lagu dari Dewa di Album nya Pandawa Lima, yang cover kasetnya warna biru laut, seperti di bawah ini :



Album Pandawa ini dirilis pada tahun 1997. Album ini merupakan album terakhir Dewa 19 bersama Ari Lasso sebagai vokalis. Ari Lasso dan Erwin Prasetyo mengalami ketergantungan narkoba, sehingga kedua personel Dewa 19 ini terpaksa dikeluarkan. Hits yang lahir dari album ini yaitu "Kirana", "Kamulah Satu-Satunya", dan lainnya.

Lyriknya maut bro, atau memang karena suasana hati lagi mellow ya, hahahahaha... GAk ngerti dah....

p o t t e r s Updated at: 19:14
Posted by : Potter Moeza
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop